Powered By Blogger

25 November 2010

Dalam Kamar

Chandra Daniel

berjeruji hari kelam
berteman dengan lampu-lampu yang enggan bersinar
aku sendiri
tangisi setiap tarikan nafasku yang sia-sia
hingga kering mata

tak ada aksara dalam fikiran
suram
tak ada pena yang menari-nari
di atas kertas

hanya sebatang rokok
terselip dalam jemari
kepulan asap, mencekik

bagai pisau
memotong nadi, aliran darah.
bagaikan tali yang menarikku
dalam lembah kesunyian.

meniti tiap detik
yang masih gelap

november 2010

8 November 2010

Percaya

 Chandra Daniel

Tak terelak maut 'kan tiba
gerogoti tubuh-jiwa
melumat habis tak bersisa
mengukir nisan pun aku tak sempat
tak ada tempat 'tuk berlari

Aku percaya
pada sayap-Mu yang lindungi aku

kedua kaki, ku tancapkan pada batu karang
berdiri tegap menantang ombak
setiap inchi langkah 'ku adalah bayangan langkah-Mu
tangan kanan ku
ku angkat memuliakan kuasa-Mu
tangan kiri ku
genggam erat salib-Mu
mengalir darah, merasuk dalam raga
hapus bersih noda dosa
mulutkan tak henti memuji Engkau, Tuhan

Aku dengar, Tuhan
kala Kau tiupkan sangkakala
tiap tulang kan remuk
berteriak jiwa-jiwa kosong
dalam dunia fana
menyerukan Engkau
TUHAN...

tapi,
aku setia berlutut, bersujud kepada-Mu
hingga Kau angkat aku
bawa aku
pada padang hijau-Mu

Aku percaya

31 Oktober 2010

7 November 2010

Pelarian - Chairil Anwar

Tak tertahan lagi
remang miang sengketa disini

Dalam lari
Dihempaskannya pintu keras tak berhingga

Hancur-luluh sepi seketika
Dan paduan dua jiwa

11

Dari kelam ke malam
tertawa-meringis malam menerimanya
ini batu baru tercampung dalam gelita
"Mau apa? Rayu dan pelupa,
Aku ada! Pilih saja!
Bujuk dibeli?
atau sungai sunyi?
Mari! Mari!
Turut saja!"

Tak kuasa-terengkam
ia dicengkam malam.

Pebruari 1943

Tak Sepadan - Chairil Anwar

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros.

Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.

Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak 'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka

Pebruari 1943

28 Oktober 2010

Seruan Jiwa

Chandra Daniel

kedua kaki, ku tanamkan pada karang
berdiri tegap menantang badai
Setiap inchi langkahku adalah bayangan langkah - Mu
tangan kanan ku,
ku angkat memuliakan kuasa - Mu
tangan kiri ku,
genggem erat salib-Mu
mengalir darah
hapus bersih noda - noda dalam jiwa
mulut ku, bernyanyi bersorak memuji Engkau, Tuhan

bukan maut 'kan getarkan hatiku,
tetapi hidup tanpa-Mu
Aku dengar, Tuhan
kala Kau tiup kan sangkakala.
tulang kan remuk
berteriak jiwa - jiwa kosong
menyerukan nama-Mu
T...U...H...A...N...
Y...E...S...U...S...

menanti Engkau yang 'kan datang
hingga bersama
dalam rumah mulia.

17.02

Chandra Daniel

Berdiri gagah menusuk langit
Berselimut awan gumpalan
lukisan indah di balik luka
Merapi...
Bertabah pada pijakan
terinjak kesombongan insan
Angkuh...

Mentari belum jatuh pada gelap
Senja merah menanti peraduan
Kau ledakkan amarahmu
Turunkan prajurit -prajurit putih
menebas nyawa

hijau dedaunan jadi abu
rumah kokoh, rubuh
Tergeletak jenazah kaku
mematung abu
merenggang nyawa
menghadap Sang Khalik


Merapi Meletus


Pkl. 00.40, 27 Oktober 2010

23 Oktober 2010

Diponegoro - Chairil Anwar

Dimasa pembangunan ini
tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Didepan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang - berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api

Punah diatas menghamba
Binasa diatas ditinda

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.

Pebruari 1943

Cerita Buat Dien Tamaela - Chairil Anwar

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu - datu
Cuma satu.

Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut

Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan

Beta Pattirajawane, menjaga hutan
pala.
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.

Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.

Mari menari!
mari berita!
mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu - datu!

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau
.........

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu - datu
cuma satu.

Isa - Chairil Anwar

kepada nasrani sejati


Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini sengsara

mengatup luka

aku bersuka

Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah

Hampa - Chairil Anwar

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan - mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas - renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat - mencengkung punda
Sampai binasa segala. Belum apa - apa
Udara bertuba. Setan bertampik
Ini sepi terus ada. Dan menanti

Aku - Chairil Anwar

 Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang, 'kan merayu
tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

7 Oktober 2010

Borobudur


Chandra Daniel
Hamparan susunan batu tertata apik
Pahatan dan ukiran terbaik dari orang – orang terpilih
Tak berbelok mata ini memandang
Reliefmu begitu melegenda
            Oh, nenek moyangku
            Sungguh kekuatanmu maha hebat
            Kau torehkan tanpa pamrih usahamu
            Kau bangun peninggalan sejarah itu
            Untuk keindahan dunia
Kini kusaksikan
Segala keikhlasanmu itu ada di depanku
            Terbesik hati menyentuh stupa – stupamu
            Sungguh warisan yang amat membekas
            Semangat gotong royongmu terpahat
            Tertoreh dalam pahatan – pahatan
Kini kau berikan contoh
Kau berikan tauladan
Agar kami bangkit
Membangun negeri ini

Borobudur, 2010

Nasib Terjajah


Chandra Daniel
Menangis pedih hati ini teringat
Merintih perih jiwa ini terngiang
Masa di mana semua orang tak punya kebebasan
Hari di kala semua terbelenggu
            Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu?
            Apa engkau tak punya nurani?
            Teramat kejam yang kau perbuat!
Manusia kau samakan dengan binatang
Kau siksa orang-orang tak berdosa
Dengarlah!
Rintihan, tangisan, kertak gigi!
Apa salah mereka?
            Penjajah,
            Seharusnyalah kau lenyap
Bandung, 2010

Bangunlah Ibu Pertiwiku

Chandra Daniel

Kami saksikan luka lara
Menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mencemaskan
            Kami tahu kami begitu durhaka
            Tak pernah berbakti kepadamu
            Kerusakan,perpecahan,pertikaian banyak kami lakukan
Hanya maaf yang terucap
Selagi engkau mau menerima
Hanya maaf dari lubuk hati kami
Menyaksikan engkau bangun
Melawan keruntuhan itu

Bandung,2010


Setitik Harap

Chandra Daniel

Rintik – rintik hujan meneduhkan
langit turunkan tangisnya
Seakan mengerti apa yang ku rasakan
Diam terduduk di kursi ini
Hanya membisu yang dapat ku lakukan
Walau kau dekat

Hati yang telah lesu layu
Jiwa yang gersang kering
Terhapus seiring suara terdengar
Kau sapa aku
Senyummu yang menawan mengawali percakapan kita

Namun Sang Waktu terlalu angkuh
Tak banyak yang di b`rikanNya

Ach,tak apalah
Kau tetap semangat hidup ku

Terima kasih,adik cantik.

Di bawah rintik hujan,2010

Suram


Chandra Daniel
Dosa...
Ach, hanya itu yang ada padaku
Lembah kekelaman
Gelap sepi tempat ku berpijak kini
Dingin malam jalanan menjadi selimutku
Rokok dan minuman gerogoti tubuh ini
Dalam otakku tak lebih dari sampah!
Kurasakan gelap dunia ini
Tiada guna aku hidup!

Aku malu, Ibu
Tak pantas aku di pangkuanmu
Aku tak pantas di matamu

Air mata menetes seiring paku yang kuhujamkan
Hanya duri yang kutancapkan di hatimu
Duri – duri dari dosaku

Aku tak pantas dalam pelukanmu, Ibu

Tolong aku, Tuhan
Lepaskan belenggu dosa ini!
Dekap aku, Ibu
Aku rindu hangat pelukmu lagi

Bandung, 2010

1 Oktober 2010

Sedikit sajak

Chandra Daniel

 

bila tak ada daya tuk melawan,
tak ada semangat tuk bergerak
hingga tak mampu lidah ini berucap
 

biarkan sedikit tulisan ku berkata

isi dari kejujuran hati kita

 

kita tak lagi berjuang di medan laga

bambu runcing tak ada di tangan kita

juga bedil - bedil berpeluru

berorasi di jalan - jalan kemurkaan

tak kan terdengar walaw serak suara ini

 

hanya kertas dan pena teman kita 

lewat karya lah kita mendobrak